SCENE
I
EXT.
DI DEPAN SEBUAH GEDUNG—SIANG
Lydia,
memakai kemeja dan celana panjang dengan tas selempang, membawa setumpuk buku
di tangannya. BCU Lydia menggerakkan tangan untuk membuka pintu. Tetapi Dennis lebih
dulu membukakan pintu untuknya.
LYDIA
“Makasih.”
INT.
DI DALAM GEDUNG
DENNIS
“Boleh,” (Menunjuk buku-buku di tangan Lydia) “Bantu?”
Lydia
mengangguk. Dennis mengambil buku-buku dari tangannya. Mereka berdua berjalan.
DENNIS
“Mau ke mana?”
LYDIA
“Ruang A.3.6”
Dennis
dan Lydia berjalan menaiki tangga. Setelah sampai di ruangan itu, Lydia
menyodorkan tangan untuk mengambil buku.
LYDIA
(tertawa) “Makasih.”
Dennis
berpamitan, lalu meninggalkan Lydia. Menimbang-nimbang untuk berkenalan atau
tidak. Dennis berbalik dan menghampiri Lydia.
DENNIS
“Aku Dennis, kamu?” (mengulurkan tangan)
LYDIA
“Lydia.” (tersenyum, menyambut uluran tangan)
DENNIS
“Salam kenal.” (jeda) “Oh, ya, aku,” (menunjuk ke
luar) “ada kuliah.”
LYDIA
(mengangguk) “Iya, makasih ya.”
Dennis
mengangguk. Lalu menjauh dari ruangan cepat-cepat. Mendekati tangga, Dennis melambatkan
langkah. CU ekspresi wajahnya seperti sedang berpikir. Lalu tersenyum. Dennis cepat-cepat
menuruni tangga.
FADE OUT
SCENE
II
INT.
PERPUSTAKAAN−SIANG
CU
setengah badan. Dennis masuk ke dalam perpustakaan, lalu mengambil kunci loker.
Ada Sintya lewat bersama dua orang temannya sambil tertawa. Dennis menunduk.
Kemudian dia melihat Lydia sedang membaca buku di kursi dengan serius. Setelah
mengambil buku agenda dan memasukkan tas ke dalam loker, Dennis menghampiri Lydia
di meja baca.
DENNIS
“Robert Langdon.” (duduk di samping Lydia)
LYDIA
“Hei.” (kaget)
DENNIS
“Suka Dan Brown ya?”
LYDIA
LYDIA
(Mengangguk dengan semangat) “Banget. Novel-novelnya
keren semua dan nggak ada yang nggak masuk akal. Di novel ini aja, dia bisa
gabungin seni, agama, sama pengetahuan seolah-olah dia bener-bener ekspert di
tiga-tiganya.”
DENNIS
(Wajah kagum sekaligus bingung)
LYDIA
“Suka Dan Brown?”
DENNIS
(Menggeleng) “Tapi suka film-filmnya.”
LYDIA
“Oh, ya, yang apa?”
DENNIS
“Da Vinci Code sama Angels and Demons.”
LYDIA
(Wajah sumringah) “Nah, tuh. Unpredictable ending
banget kan?”
Mereka
berdua tertawa. Pembicaraan menjurus pada hal-hal yang lain. Orang-orang di
sekelilingnya pergi.
DENNIS
“Di kampus Lydia ikut kegiatan apa?”
LYDIA
“Fotografi. Kamu?”
DENNIS
(Menggeleng) “Males ikut apa-apa.”
LYDIA
“Lho, kenapa? Asyik kan kalo dapet temen banyak, dapat
pengalaman.”
DENNIS
“Asyikan tidur.”
Lydia
tertawa. Ada jeda sebentar.
DENNIS
“Boleh minta nomor hape kamu?”
LYDIA
“Boleh.”
DENNIS
“Bisa catat nomerku? Hapeku mati soalnya.”
LYDIA
“Oke.” (Merogoh saku celana) “Duh, hapeku di tas.”
DENNIS
“Catat di sini aja.” (Menyodorkan buku) “Ada pulpen?”
LYDIA
“Di tas juga.” (Agak menyesal)
Dennis
lalu mendekati pengunjung lain. Meminjam pulpen, lalu kembali ke tempat Lydia
duduk. Menyodorkan buku dan pulpen. Lydia menuliskan nomor hapenya, lalu
menyerahkan buku agenda itu kepada Dennis lagi.
DENNIS
“Makasih, ya.”
FADE OUT
SCENE
III
INT.
KOSAN DENNIS−MALAM
Dennis
sedang duduk menghadap layar monitor. Ada secangkir kopi dan buku-buku
berserakan di mejanya. Melihat-lihat kronologi facebook Sintya. BCU layar
monitor, status-status discroll down, foto profil Sintya yang mengintip dari
lensa kamera. Fotografi, foto-foto, sesekali mencatat. Dennis mengambil cangkir
kopi, diminum sedikit, lalu diam. BCU status terakhir, “Udah lama ya nggak
ngopi bareng?−di X.”. Dennis membolak-balik halaman buku agendanya, menemukan
nomor hape Lydia. Ditelpon.
DENNIS
“Halo.”
LYDIA
“Iya, siapa ya?”
DENNIS
“Ini Dennis, Ya. Kamu malam ini ada acara nggak?”
LYDIA
“Nggak. Ada apa ya?”
DENNIS
“Mau ngopi bareng?”
LYDIA
“Boleh, kapan?”
DENNIS
“Sekarang?”
LYDIA
“Di mana?”
DENNIS
“Di X.”
LYDIA
“Oke, aku ke sana.”
Dennis
memasukkan hapenya ke dalam saku celana, mematikan laptop, lalu mengambil jaket
dan pergi.
FADE OUT
SCENE
IV
INT.
DI TEMPAT NGOPI−MALAM
Lydia
duduk sendirian sambil mengetuk-ngetukkan kuku ke meja. Tak lama kemudian Dennis
datang.
DENNIS
“Hei, udah lama?”
LYDIA
“Nggak kok.”
DENNIS
“Belum pesen, ya?”
LYDIA
(Menggeleng)
DENNIS
“Aku pesen dulu ya. Mau apa?”
LYDIA
“Cappucino aja.”
DENNIS
“Oke.”
Dennis
menuliskan pesanan mereka di sebuah kertas, lalu mendatangi tempat pemesanan. Lydia
menunggu di kursi. Tak lama kemudian Dennis kembali ke tempatnya duduk. Matanya
melihat ke segala arah. Ada Sintya duduk bersama tiga temannya. Sedang asyik
mengobrol.
LYDIA
“Ada apa?”
Dennis
menggeleng. Ada jeda agak lama.
DENNIS
“Tiba-tiba pengin ke sini aja. Bosen nggak
ngapa-ngapain di kosan.”
LYDIA
“Katanya hobi tidur.”
DENNIS
“Itu sih kebutuhan.” (tertawa)
Pelayann
datang membawakan pesanan.
PELAYAN
“Dua?”
DENNIS
“Iya.” (Lydia ikut mengangguk)
Pelayan
pergi. Dennis lanjut berbicara pada Lydia. Sintya dan teman-temannya beranjak
pergi. Dennis memandangi. Sintya melihat ini lalu menghampiri Dennis. Dennis pura-pura
tidak melihat.
SINTYA
“Dennis ya?”
DENNIS
(mengangguk, menjawab dengan gugup) “Iya.”
SINTYA
“Kita pernah ketemu kan? Sama siapa ke sini?”
DENNIS
“Sama−” (terpotong)
TEMAN SINTYA
“Eh, ayuk.” (menyeru)
DENNIS
“Umm... temen kamu, udah nunggu.”
SINTYA
(agak menyesal) “Maaf ya.”
DENNIS
“Nggak papa.” (tersenyum grogi)
Sintya
berjalan menjauh, melambaikan tangan. Dennis membalas dengan gugup. Lydia memandangi
raut wajah Dennis.
LYDIA
“Temen ya?” (raut agak tidak suka)
DENNIS
(mengangguk)
CUT TO
EXT.
DI LUAR TEMPAT NGOPI
Sintya
sedang berjalan bersama teman-temannya.
TEMAN I
“DENNIS kan?”
SINTYA
“Iya.”
TEMAN I
“Kok kenal dia? Dia kan freak banget. Kaku.”
SINTYA
“Dia pernah nolongin aku.”
TEMAN II
“Oh, ya?”
Sintya
mengangguk.
FADE OUT
SCENE
V
EXT.
SEBUAH TAMAN−SORE
Sintya
sedang mengambil beberapa gambar di taman, lalu melihat Dennis yang sedang
sendirian di sebuah taman. Mencoret-coret buku agenda dengan dahi dikerutkan. Sintya
menghampiri.
SINTYA
“Hei, sendirian aja?” (duduk)
DENNIS
(Menutup buku agenda) “Hei, I iya.”
SINTYA
“Kamu semester tiga kan?”
DENNIS
(Mengangguk)
SINTYA
“Aneh, ya, udah satu setengah tahun satu jurusan tapi
baru tahu nama masing-masing. Harus ikut ospek lagi nih.” (tertawa)
DENNIS
(Ikut tertawa)
SINTYA
“Lagi sibuk ya?”
DENNIS
“Enggak, kok.”
Ada
jeda panjang. Sintya tampak berpikir keras.
DENNIS
“Suka fotografi, ya?”
SINTYA
“Suka banget.”
DENNIS
“Foto apa?”
SINTYA
“Apa aja. Foto pemandangan suka. Foto-foto candid juga suka. Kadang hasilnya
suka lucu-lucu gitu.”
DENNIS
“Temenku juga ada yang ikut ukm fotografi.”
SINTYA
“Oh, ya, siapa?”
DENNIS
“Lydia.” (rautnya berubah)
SINTYA
“Lydia?”
Dennis
mengangguk, raut mukanya tiba-tiba berubah seperti sedang berpikir keras, lalu
tiba-tiba murung. Beberapa saat dia merasa hapenya bergetar. Dennis berdiri.
DENNIS
“Maaf, ada telepon.” (menambahkan dengan buru-buru) “Lydia.”
SINTYA
“Iya” (tersenyum)
Dennis
buru-buru membenahi barang-barangnya. Memasukkan agendanya ke dalam tas. Lalu
pergi.
INT.
DI DALAM GEDUNG
Dennis
berjalan cepat ke kamar mandi. Sesampainya di dalam, dia membasuh wajah di wasfatel
dan memandangi cermin. Tampak frustrasi. Menarik napas dalam-dalam. Hapenya
berbunyi.BCU hape Dennis. Telepon dari Lydia. Telepon dimatikan. Berjalan
keluar dari toilet. Ada Lydia.
LYDIA
“Dennis, aku nyariin kamu.”
DENNIS
“Maaf. Aku nggak bisa lagi, Ya. Maaf.”
LYDIA
“Kamu ngomongin apa sih?”
Dennis
tidak menjawab. Dia berjalan cepat keluar gedung. Di luar bertemu Sintya.
SINTYA
“Dennis?”
Dennis
tidak menjawab. Dia menyobek-nyobek buku agendanya. Lalu buru-buru pergi. Sintya
bersama seorang temannya melihat. Dia menghampiri sobekan-sobekan itu.
CUT TO
EXT.
DI LUAR GEDUNG−SORE
Lydia
menunggu Dennis di lapangan parkir. Terlihat sebal. Ketika Dennis lewat,
wajahnya semakin ditekuk.
LYDIA
“Jadi pulang bareng?”
DENNIS
“Aku nggak tahu, Ya.”
LYDIA
“Gara-gara dia?”
DENNIS
“Bukan, aku bingung. Aku mau sendiri dulu. Plis.”
LYDIA
“Gara-gara dia kan?”
Dennis
tidak menjawab. Berusaha menghindari Lydia, tapi Lydia selalu menghalangi
jalannya. Teman-temannya memandanginya.
TEMAN I
“Dia kenapa?”
TEMAN II
“Tahu deh.” (mengangkat bahu)
CUT TO
EXT.
DI BALKON−SORE
Sintya
dan salah satu temannya duduk di lantai.
TEMAN SINTYA
“Sin, aku ngumpulin tugas kuliah dulu ya.”
SINTYA
“Iya.”
Teman
Sintya pergi. Sintya melihat-lihat sobekan-sobekan kertas tersebut. Halaman
terakhir terbuka, ada nomer hape Lydia. Sintya mengambil hape dan menelepon Lydia.
OPERATOR
“Nomor yang Anda tuju tidak terdaftar.”
Mengerutkan
dahi. Halaman pertama dibuka, bingung. Bagian-bagian yang sobek,
dipasang-pasangkan lagi. Ekspresi wajah bingung. Pada halaman terakhir, Sintya
menutup mulutnya.
FADE OUT
SCENE
VI
EXT.
DI DEPAN SEBUAH GEDUNG—SIANG
Sintya,
memakai kemeja dan celana panjang dengan tas selempang, membawa setumpuk buku
di tangannya. BCU Sintya menggerakkan tangan untuk membuka pintu. Tetapi Dennis
lebih dulu membukakan pintu untuknya.
SINTYA
“Makasih.”
INT.
DI DALAM GEDUNG
DENNIS
“Boleh,” (Menunjuk buku-buku di tangan Sintya)
“Bantu?”
Sintya
mengangguk. Dennis mengambil buku-buku dari tangannya. Mereka berdua berjalan.
DENNIS
“Mau ke mana?”
Sintya
“Ruang A.3.6.”
Dennis
dan Sintya berjalan menaiki tangga. Setelah sampai di ruangan itu, Sintya
menyodorkan tangan untuk mengambil buku,
SINTYA
“Makasih, ya.”
Dennis berpamitan, lalu meninggalkan Sintya.
Menimbang-nimbang untuk berkenalan atau tidak. Dennis berbalik dan menghampiri
Sintya.
DENNIS
“Aku Dennis, kamu?” (mengulurkan tangan)
SINTYA
“Sintya.” (tersenyum, menyambut uluran tangan)
DENNIS
“Salam kenal.” (jeda) “Oh, ya, aku,” (menunjuk ke
luar) “ada kuliah.”
SINTYA
(mengangguk) “Iya, makasih ya.”
Dennis
berjalan menjauh. Wajahnya tersenyum. Perlahan-lahan menjauh dari kamera. Di
belakangnya, Lydia sedang berdiri mematung.
CREDIT POINT

0 Comments